Thursday, December 15, 2011

CERPEN


Bulan Berselimut Kabut

            Disaat menjelang hari yang penuh kebahagiaan bertabur kesucian yakni dihari Idul Fitri, disaat seluruh umat islam yang menantikan hari yang suci ini. Kebahagiaan itu tak menyapa April. Mengapa tidak, karena disaat hari yang penuh kebahagiaan itu April menikmati dengan hati yang gundah dengan seorang diri.
            Hari ini menjadi saksi bahwa April hanya seorang diri menikmati kebahagiaan yang berselimut duka ini, karena kecelakaan itu yang membuatnya terpisah dengan kekasihnya dan harus berada diantara dua tempat yang berbeda.
            Masih terekam di memori April yang tak mungkin terkontaminasi virus apapun yang dapat menghapus dalam setiap ingatannya. Kenangan-kenangan mereka saat mereka masih bersama disaat suka maupun duka. Mereka lalui bersama dan mampu melewatinya. Ingatkah sebelum peristiwa itu terjadi ? ketika Wulan pergi ke toko berbelanja bersama teman-temannya membeli segala macamnya mereka melihat April bersama kekasihnya yang bernama Rangga. Bukankah itu pertanda sebagai firasat untukku sebab hari itu sangat terkesan untuknya. Bahwa April akan kehilangan Rangga secepat itu, dan yang selalu menghantui April, ketika ditelpon engkau mengabariku tentang kepadaku. “Sayang! Aku memimpikan kamu, kalau kamu itu nangis” terisak-isak sambil merangkulku dan berkata “Sayang jangan tinggalkan aku” aku pun membalasnya dengan berkata “Iya sayang aku tidak akan pergi meninggalkanmu, aku akan selalu berada disampingmu”
            April baru menyadari dan berkata
            “Bukankah itu bukti yang meyakinkan aku jika itu semua firasat kalau engkau akan meninggalkan ku jauh ke dada langit yang tinggi menjulang yang tak bisa kugapai dengan memakai sayap pun sekalian tapi aku hanya bisa mengikhlaskan kepergianmu mungkin sudah menjadi takdir untuk kita berdua, aku hanya bisa berdoa disini untukmu agar engkau tenang disana dan diterima disisi Allah swt.

Tim Penyelamat

            Raudan berusaha membuka matanya yang bengkak agar bisanya menyaksikan ramainya kota Yogyakarta. Semalam Raudan menangis, karena ayah hamper membatalkan kunjungan mereka ke rumah Sauda sepupunya. Untunglah akhirnya mereka tetap bisa berangkat ke Yogyakarta. Sekarang, Raudan sedang duduk di mobil yang melaju sekitar alun-alun Yogya.
            Sesampainya di banguntapan, Raudan melihat rumah bercat hijau dengan pekarangan luas. Gadis berumur 6 tahun, berkepang dua, dan membawa umbi-umbian yang masih berakar, berlari menyambut mereka. Itulah Sauda. Bajunya kotor dengan tanah. Namun, Raudan tetap memeluknya.
            “Ibu, Bapak! Mas Raudan dan pakde sudah datang.” Sauda berteriak keras sambil menggandeng Raudan. Raudan dan ayahnya di sediakan berbagai macam jajanan tradisional. Sauda juga menyiapkan ubi rebus yang masih mengepul.
            “Besok, kita main petak umpet di lapangan yah? Malamnya kita melihat teater di aula desa” ajak Sauda. Besok paginya, udara begitu segar. Sauda dan Raudan main petak umpet di lapangan bersama anak-anak yang lain. Dalam hitungan ketiga semua anak berlari untuk bersembunyi.
            Raudan menemukan pohon besar di samping sebuah rumah besar. Raudan pun memanjatnya. Lalu duduk di sela cabangnya yang rindang. Lama-kelamaan tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita dari dalam rumah besar. Jeritannya keras sekali. Raudan mencoba meniti dahan pohon sampai ujungnya. Ia melihat dari jendela kecil rumah itu. Didalam rumah tampak seorang wanita hamil tergeletak sendirian. Ia menjerit kesakitan, seperti mau melahirkan “Tolooong…tolooong!” jeritnya.
            Raudan panik dan bergegas turun dari pohon. Dibawah pohon Sauda cengar-cengir bersiap mengagetkan Raudan. Akan tetapi, justru Sauda yang kaget melihat wajah Raudan yang pucat ketakutan.
            “Sauda cepat cari bantuan!” teriak Raudan sambil berlari kearah rumah besar itu. “Ada yang mau melahirkan di dalam sana, dia minta tolong!” Raudan sudah sampai di pintu masuk. Pintunya sangat besar dan tinggi, seperti pintu gerbang istana raja. Digedornya pintu keras-keras. Tapi, tak ada jawaban. Sauda mengambil sapu dan naik ke pundak Raudan.
            “Kita pencet belnya!” Sauda menunjuk bel yang terdapat di ujung atas pintu. Sayang, usahanya gagal. Mereka berdua terlalu pendek untuk menekan bel pintu tersebut.
            “Kita panggil paklik dan ayah!” usul Raudan. Mereka menggenjol sepedanya sekuat mungkin. Tiba di rumah. Raudan menjelaskan semua ke ayahnya. Ayah langsung mengebut mengendarai mobil. Sesampainya di rumah besar, betapa herannya Raudan ketika melihat pintu besarnya terbuka. Banyak orang keluar. Ayah Sauda dan ayah Raudan saling berpandangan terlihat menahan ketawa.
            Raudan dan Sauda memasuki ruangan besar tanpa perabot. Lampu-lampu besar terpasang di atasnya. “Tadi, aku melihat dari jendela sana. Wanita itu tergeletak disini” jelas Raudan.
            Tiba-tiba seorang wanita cantik mencolek pundaknya. Lalu, tersenyum ramah. “Aaaah..” Raudan berteriak kaget. Ia lega melihat wanita yang dilihatnya  tadi baik-baik saja. Tetapi, perutnya tidak hamil. “Apa mungkin ia sudah melahirkan?”.
            “Ini kan, Ibu yang kamu mau selamatkan, Raudan?” kata ayah.
            “Terima kasih, anak-anak, kalian baik sekali. Ibu baik-baik saja kok.” Ucap wanita itu ramah. “Tadi, itu Cuma latihan teater anak-anak, tidak perlu khawatir. Ibu ini berperan sebagai wanita hamil yang kesakitan” jelas ayah Raudan.
            Pandangan Sauda menyapu sekitar, ia baru sadar bahwa rumah ini adalah aula besar,” “Jadi, Cuma bohongan?” Tanyanya. “Ya, tapi ayah sangat bangga. Kalian tim penyelamat yang hebat, berjuang menolong orang kesulitan yang tidak kalian kenal. Manusia harus saling tolong menolong”.
            Malam harinya, Sauda dan Raudan menikmati pementasan teater di aula desa sambil makan ubi rebus dan teh hangat. Mereka menonton seorang wanita hamil yang kesakitan. Namun, kali ini mereka tidak boleh menolong, karena akan mengacaukan pertunjukkan.
Cinta 23 Hari

            Icha merebahkan tubuhnya dikursi teras rumahnya. Kelihatannya, dia sangat lelah. Icha baru pulang sekolah. Wajahnya merah merona karena terbakar panas matahari dan dia tidak bisa menyembunyikan rasa lelah dalam dirinya. Tiba-tiba Icha dikejutkan oleh sms dari sahabatnya Renata.
            Renata message:
            “Cha, ntar malam jadikan nonton konsernya?
            Harus jadi yah, aku punya dua tiket nih!!!”
            Icha message:
            “Ship deh…J
            Renata message:
            “Okey, kita sama sepupu aku yah, yang dari luar kota. Katanya dia mau ikutan nonton”
            Icha message:
            “Ok…J
            Icha pun langsung masuk kekamarnya untuk istirahat. Nanti malam adalah konser dari group band ternama yaitu Bondan feat Fade to Black. Kebetulan Icha dan Renata salah satu fansnya Bondan. Jadi, wajib untuk nonton. Malam pun tiba, Icha sudah siap untuk beranjak pergi bersama Renata. Setibanya dirumah Renata. Icha sedikit kaget soalnya dirumah Renata, sudah dipenuhi oleh kumpulan cowok-cowok dan Icha belum mengenalnya sama sekali.
            “Eh, Icha kamu ngapain bengong diluar mari masuk”, sambut Renata.
            “Emm, gak kok” Icha sedikit gugup.
            “Oh iya Cha, kenalkan ini sepupu aku Sultan, yang aku ceritain tadi siang.
            “Icha “ sambil mengulurkan tangannya kearah Sultan.
            “Sultan” sambil tersenyum simpul.
            Tidak lupa Sultan memperkenalkan teman-temannya kepada Icha. Akhirnya mereka pun berangkat menuju ke tempat konser berlangsung. Terlihat acara sudah dimulai. Icha dan Renata terlihat senang sekali menyaksikan langsung konser itu, meski agak sedikit jauh dari panggung. Setengah jam konser berlangsung, diam-diam Icha memperhatikan Sultan dari kejauhan. Sesekali Sultan senyum kearah Icha.
            Pagi harinya, dimana pagi yang sangat dingin berhubung karena cuaca lagi hujan. Icha terasa malas untuk membuka matanya. Tapi lama-kelamaan Icha pun terpaksa harus bangun dan bersiap-siap untuk kesekolah. Icha pun menuju ke meja makan untuk sarapan. Sedang asyiknya sarapan, tiba-tiba Handpone Icha bergetar. Dari nomor yang tidak dikenal dan itu membuat Icha penasaran. Icha pun membuka pesan ituyang hanya sekedar sapaan selamat pagi tanpa ada inisial pengirimnya. Lalu Icha pun menanyakan si pengirim sms itu. Mereka pun saling balas smsdan ternyata si pengirim itu adalah Sultan sepupunya Renata. Tetapi, sms itu terhenti ketika Icha menanyakan dapat nomor Handponenya dari siapa. Icha sudah menduga kalau Sultan dapat nomor handponenya dari Renata, secara Renata kan sepupunya Sultan. Tanpa banyak pikir lagi. Icha pun menanyakan hal itu kepada Renata berhubung Icha dan Renata beda sekolah, Icha pun hanya bisa menanyakan hal itu lewat sms.
            Icha message:
            “Ta, kamu yang berikan nomor handponeku ke Sultan, sepupumu itu?”
            Renata message:
            “Oh iya Cha, maaf yah aku lupa kasih tahu kamu sebelumnya. Peace J
            Icha message:
            “Yah gak apa-apa sih, Cuma waktu aku Tanya dapat nomor aku dari siapa, dia tidak balas lagi. Cuek amat sih”
            Renata message:
            “Hehehe..
            Dia memang cuek Cha, tapi asyik kok orangnya.
            Lanjutin aja sms-annya hehehe..”
            Icha message:
            “Idiih, cuek gitu Ta, gak asyik…”
            Renata message”
            “Kamu belum kenal dia lebih jauh sih, coba aja..”
            Icha hanya bisa menarik nafas panjang. Melihat sms dari Renata itu. Tanpa membalas smsnya dan berlalu meninggalkannya. Kemudian, Icha mengambil tas dan segera berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah Icha menyimpan tasnya dan mengambil buku pelajarannya. Ketika Icha asyik dengan buku yang dibacanya. Tiba-tiba ia teringat pembicaraannya dengan Renata tadi pagi. Sultan, iya untuk kali ini Sultan yang menjadi sasaran objek pikirannya. Sikap Sultan yang cuek membuat Icha penasaran dan ada rasa-rasa ingin lebih jauh mengenalnya. Lain halnya dengan Icha yang sudah terkenal “bawel” dan mungkin seluruh dunia juga tahu akan kebawelannya.
            Waktu terus berlalu, Icha dan Sultan pun semakin akrab. Saling berbagi cerita. Ternyata sifat cueknya Sultan yang membuat Icha ingin lebih jauh mengenalnya. Ada rasa yang tak biasa dirasakan oleh Icha.
            Inikah cinta???
            Cinta pada pandangan untuk kesekian kalinya. Tak dapat dipungkiri, ternyata Sultan juga merasakan hal yang sama kepada Icha. Sifat bawel Icha membuatnya merindukan Icha. Sungguh perkenalan yang begitu singkat. Seiring berjalannya waktu, Sultan menyatakan perasaannya kepada Icha. Dan itu membuat Icha begitu saja menerima Sultan. Dia pun meminta waktu kepada Sultan untuk memikirkan semuanya. Berhubung, Icha dan Sultan tinggal berjauhan. Hal itu jugalah yang membuat Icha merasa ragu.
            3 hari berlalu dan waktunya Icha memberikan jawabannya kepada Sultan dan tidak dipungkiri Icha juga tidak dapat membohongi perasaannya. Dia juga suka dengan Sultan dan Icha pun menerimanya. Icha menerima Sultan sebagai pacarnya. Dua hati menyatu dalam satu ikatan. Tak ada yang bisa diungkapkan Icha selain rasa bahagia. Tak ketinggalan juga Renata, sahabat Icha pun ikut senang mengetahui hal itu. Walaupun Icha dan Sultan terpisah jarak dan waktu, tapi itu tidak menurunkan mereka. Dan mereka punya gelar masing-masing. Icha memanggil Sultan dengan sebutan pangeran cuek. Begitu juga dengan Sultan yang memanggil Icha dengan sebutan putrid bawel.
            Hari ini Icha merasa perasaannya tidak enak, keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya, jantungnya berdetak tak menentu. Ia pun hari ini heran akan dirinya. Ditambah lagi dari pagi sampai siang begini tidak ada kabar dari Sultan. Tidak seperti biasanya Sultan yang selalu saja sms Icha meskipun hanya ucapan ucapan selamat pagi.
            Pada jam pelajaran kosong, Icha coba untuk sms Sultan, tapi tidak ada balasan. Icha terus bersabar akan hal ini.
            ”Aduuh..dasar pangeran cuek../kambuh lagi penyakitnya” gerutu Icha dalam hati. Icha pun meminta tolong pada sahabatnya Renata untuk coba menghubungi Sultan.
            Icha message:
            “Ta, maaf ganggu. Bisa bantu aku nggak? Please!!!”
            Renata message:
            “Gak kok, bantu apa?”
            Icha message:
            “Gini, Sultan dari tadi pagi susah dihubungi, yah aku takut kalau terjadi sesuatu sama dia Ta…”
            Renata message:
            “Cie-cie..khawatir amat nih putri bawel. Oke deh, nanti aku coba hubungi dia”
            Icha message:
            “Huh dasar, ya udah jangan ngeledek! Makasih sebelumnya, ntar kabari aku yah..!”
            Icha masih gelisah dengan keadaan ini, dan ia juga berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal ini. Ia juga berharap semoga Sultan si pangeran cuek baik-baik saja. Icha menarik nafas dan ia pun memutuskan untuk kekantin saja sekedar mengisi perut, berhubung pelajarannya lagi kosong. Dan ia pun mengajak Fina temannya. Tetapi ternyata Fina sedang tidak enak badan, katanya sih kepalanya pusing, badannya panas, kemungkinan ia demam, Icha pun tidak tinggal diam, ia pun membawa dia ke ruang UKS dengan bantuan oleh beberapa teman sekelasnya.
            Setelah dari UKS, Icha pun kembali ke kelasnya dan mengurungkan niatnya untuk ke kantin. Tapi ada yang berbeda saat ia kembali ke kelasnya. Semua mata tertuju padanya, ada juga yang sedang menertawakannya. Icha heran, apa ada yang aneh dalam dirinya? Terlihat di pojok kelas si Andre salah satu teman sekelas Icha yang juga agak jahil sedang memegang handpone Icha. “Oh my God!!!” si Andre lagi asyik membacakan sms dari Sultan. Icha pun dengan cepat merebut handponenya kembali. Betapa malunya Icha saat itu, semua mata tertuju pada Icha, ditambah lagi isi dari sms itu adalah kata putus dari Sultan. Hati Icha hancur berkeping-keping.
            Malam harinya, Icha masih duduk didekat jendela kamarnya, rintikan hujan mewakili hati Icha yang hampir rapuh. Icha masih larut dalam kesedihannya. Dan ia masih tidak percaya bahwa Sultan secepat itu mengakhiri hubungan mereka hanya karena alasan. Sultan tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Icha tersenyum sini, mengingat hubungannya bersama Sultan hanya sampai 23 hari saja. Dan itulah resiko yang harus Icha nikmati sekarang atas keputusannya. Icha pun dikejutkan dengan sms dari Sultan yang berisikan kata maaf dan tidak satu pun sms dari Sultan dibalasnya. Malam semakin larut, tapi Icha juga tidak bisa memejamkan matanya. Ia pun memutuskan untuk mengambil gitarnya. Sekedar menghibur hatinya, mencoba menuliskan tentang perasaannya lewat mimik dan nada –nada jiwanya.
            Pagi harinya, Renata sudah berada dirumah Icha saat itu. Tapi, Icha masih belum bangun dari tidurnya.
            “Cha..banguun, ya ampun…” Icha pun dengan malasnya terpaksa bangun dari tidurnya.
            “Cha, nih kamar atau apa sih..? berantakan banget” gerutu Renata.
            Tiba-tiba Renata melihat selembar kertas yang berisikan lirik-lirik.
            “Cha ini apa? Puisi atau lagu?” Tanya Renata.
            “Iseng nulis-nulis lirik semalam” jawab Icha.
            “Wah keren..aku mau kamu nyanyiin buat aku, sepertinya nih lagu bagus deh, lihat aja liriknya menyentuh banget.”
            “Ow yah Cha, aku sudah tahu apa yang terjadi antara kamu dan Sultan. Maafkan spupu aku yah, maafkan aku juga” ucap Renata.
            “Hehehe yah  udah gak usah dibahas, biarkan berlalu dan tidak ada yang perlu dipersalahkan” jawab Icha.
            “Yang sabar yah Icha, ya udah sekarang siap-siap, kan hari ini aku janji mau menemani kamu kesekolah buat nyiapin PENSI disekolah kamu” celoteh Renata.
            “Oh yah, sekalian aja kamu bawain lagu ini pas PENSI besok, yah” bujuk Renata.
            “Apa?? Gak! Malu tahu, ditonton banyak orang”, jawab Icha.
            “Ayolah Cha, aku kan pengen denger. Please.” Sambung Renata
            “Hmm, kita lihat saja besok” jawab Icha singkat.
            Hari ini disekolah Icha ada acara PENSI yang biasa digelar setiap tahunnya. 6 hari ini juga Renata datang kesekolah Icha meski harus bolos dari sekolahnya. Dan hari ini juga Renata akan melihat penampilan Icha sahabatnya menyanyikan sebuah lagu yang di ciptakan. Lagunya tidak sedih, seperti banyaknya orang yang sedang patah hati, hanya saja liriknya sedikit mewakili apa yang dialami Icha.         

RESENSI BUKU PENGETAHUAN


RESENSI BUKU PENGETAHUAN
OLEH:
EKAWATI ZAINUDDIN
4705
`                                                           XII IPA 1
SMA NEGERI 2 BANTAENG


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN BANTAENG
2011

RESENSI BUKU PENGETAHUAN
A.    Identitas Buku
1.      Judul                                       : Menjadi Teman Baik
2.      Pengarang                               : Zuhaida M.
3.      Tempat dan tahun terbit          : Jakarta, 2010
4.      Penerbit                                   : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
  Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan 
  Nasional
5.      Jumlah bab dan halaman         : 12 bab, iv + 60 halaman

B.     Jenis Buku
Buku yang diresensi adalah buku pengetahuan yang berisi tentang kehidupan sosial dimasyarakat dan tips menjadi teman yang baik.

C.    Keunggulan dan Kelemahan Buku
1.      Organisasi Buku
Buku ini telah terstruktur dengan baik. Pada bagian awal dimulai oleh kata pengantar, daftar isi kemudian masuk ke pembahasan dan diakhiri dengan daftar pustaka. Pembahasan pada bab 1, tidak jauh berbeda dengan pembahasan pada bab selanjutnya. Sehingga, memiliki keterikatan yang utuh dan dengan membaca buku ini dapat dengan mudah memahami isi bacaan.

2.      Isi Buku
Manusia adalah makhluk yang hidup dalam kolektif. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, kita hidup memerlukan teman dan menjadi teman tidaklah mudah. Teman yang dimaksud adalah teman yang mampu memberi  kita nasehat, mampu menegur kita salah serta teman yang ingin mengajarkan kita pada kebaikan.
Tips menjadi teman baik:
a.       Menciptakan interaksi
b.      Bertingkah laku baik
c.       Bersifat prososial
d.      Bersikap menyenangkan dan penuh perhatian
e.       Menghargai orang lain dan diri sendiri
Ketika memiliki sifat-sifat yang diatas, dengan mudah kita mendapatkan seorang teman bahkan sahabat.
Pembahasan dalam buku ini, dapat dikatakan secara umum. Sebab, inti pembahasan yang ingin disampaikan sangat sedikit yang dituangkan dalam buku ini, sehingga saat pembaca membaca buku ini, akan tidak mudah menemukan topik yang ingin disampaikan. Adapun setiap judul bab hanya memberi gambaran umum dari pembahasan itu secara ringkas. Namun, itu tidak jelas dan akan masih banyak menimbulkan pertanyaan dari pembaca. Ada baiknya pembahasan dalam buku ini, lebih diidentikkan pada kehidupan sosial remaja, seperti mencantumkan problematika pergaulan remaja masa kini dan kemudian memberi solusi atas masalah itu, dengan demikian pembaca akan lebih tertarik dan memahami buku ini.

3.      Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam buku ini, semuanya bahasa baku. Dalam buku ini pula terdapat beberapa kata istilah. Mungkin akan lebih baik dan menarik, jika dalam buku ini juga disertai bahasa non baku. Karena buku ini diperuntukkan kepada kalangan pelajar, sehingga akan menarik perhatian remaja, jika menggunakan bahasa mereka.


4.      Perwajahan
Pada buku ini, menggunakan sampul luar yang menarik. Selain berwarna, juga dilengkapi gambar-gambar yang menarik. Adapun jenis kertas yang digunakan yakni kertas tebal dan mengkilat pada bagian sampul. Dari segi percetakan, telah bagus, dicetak dengan rapi dan bersih. Meski, terdapat beberapa kata yang salah ketik.
Pada buku ini pula, penempatan judul terlalu jauh dari pembahasan dan penggunaan ukuran huruf yang terlalu besar.

5.      Nilai Buku
Dari segi penilaian, buku ini layak diterbitkan dan disuguhkan kepada pembaca, sebagai panduan menjadi teman yang baik.

                                                            Bantaeng, 17 Desember 2011
                                                                        Resensator

                                                                 Ekawati Zainuddin